Pada suatu hari, anak laki-laki itu yang telah menjadi dewasa,
kembali muncul menghampiri pohon apel. Pohon apel sangat bergembira dan berkata
: “Mari bermainlah denganku !” “Aku tak punya waktu untuk bermain ! Aku harus bekerja untuk menghidupi
keluargaku. Kami membutuhkan rumah untuk tempat berteduh, dapat engkau menolong
kami ?” pinta lelaki itu. “Maaf, aku tak punya rumah satupun. Tetapi engkau bisa menebang
batang pohonku untuk membangun rumah,” saran pohon apel.Kemudian laki-laki itu
menebang seluruh dahan pohon apel dan mambawanya pergi dengan sukacita.
Pohon apel merasa bahagia melihat laki-laki itu, namun laki-laki itu tak
pernah mengunjunginya lagi sejak itu.Pada suatu musim yang amat panas, laki-laki itu kembali lagi. Pohon apel
sangat gembira atas kedatangannya dan berkata :”Mari bermainlah bersamaku! “Aku telah beranjak tua. Aku ingin berlayar
untuk bersantai. Dapatkah engkau memberiku perahu ?” kata laki-laki itu.“Pakailah batang pohonku untuk
membuat perahu. Engkau bisa berlayar jauh dan engkau akan berbahagia nantinya,”
kata pohon apel.Kemudian
laki-laki itu memotong batang pohon apel untuk membuat perahu. Ia berlayar
dengan perahu hasil batang pohon apel itu dan untuk waktu yang lama,
ia tak nampak muncul lagi.Pohon apel ikut merasa bahagia.Akhirnya laki-laki itu kembali
lagi setelah bertahun-tahun lamanya. “Maaf anakku, aku tak memiliki apa-apa
lagi untuk bisa kuberikan kepadamu. Tak ada buah apel lagi
untukmu….. ,” kata pohon apel. “Tidak masalah, aku sudah tak mempunyai gigi
untuk menggigit….,” jawab lelaki itu yang telah menjadi tua. “Engkau sudah tak memiliki batang untuk bisa
dipanjat. Akupun telah terlalu tua untuk bisa memanjat,” kata laki-laki tua
itu.
-
“Aku sungguh tak memiliki apapun untuk dapat
kuberikan padamu….. sesuatu yang masih tersisa kini hanyalah batang akarku yang
telah mati ini….,” kata pohon apel itu seraya menangis.
-
“Aku kini tak banyak kebutuhan, yang kuperlukan
sekarang adalah tempat untuk beristirahat. Aku merasa lelah setelah
menjalani hidup bertahun-tahun…” jawab lelaki tua itu.
-
“Baiklah. Akarku yang sudah mati ini adalah
tempat yang nyaman untuk beristirahat. Mari duduklah bersamaku dan
beristirahatlah,” kata pohon apel.
-
Anak lelaki yang kini sudah menjadi tua bangka itu
kemudian duduk di atas akar pohon apel yang telah mati. Pohon apel merasa
bahagia, tersenyum sambil menitikkan air mata …….
-
-
Setiap orang memiliki “pohon apel” di dalam
kehidupannya. Pohon apel tersebut adalah orang yang rela berkorban demi
kebahagiaan kita. Pohon apel tersebut tidak lain adalah orang tua. Termasuk
orang tua kita di sekolah. Mereka tanpa pamrih membantu kita, memotivasi kita,
memberi kita harapan menuju masa depan terbaik yang pernah ada. Kadang kita
acuh bahkan tidak menghormati jasa beliau. Mereka rela memberikan buah ilmu
kepada kita, memberikan batang motivasi kepada kita, dan akar kesuksesan.
Sayangi dan hormati pohon apelmu ,
karena mereka adalah keajaiban terbesar yang dititipkan tuhan kepadamu.
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar